aku termenung di atas kapal kecil
di dekatku, wajahmu yang cems memerah seakan..
bertanya pada apapun, kenapa?
apa yang terjadi?
badai mendekap bumi, langit hitam mengembang,
ombak membasahi jiwaku, jiwamu
yang menggigil dalam bara..
sesal kutahan seakan tak ada guna
kenapa mesti ada yang lain yang nahkodai kapal kita?
sementara aku hanya nikmati indahnya badai laut
bersamamu..
kenapa aku percaya ketika kapal itu dibawa
pada samudra lepas tanpa sekoci?
kenapa kau juga hanya diam ketika kapal kita oleng?
kenapa?
aku terdiam sejenak,
keraguan membasahi sekujur tubuhku
apa yang harus aku lakukan untuk selamatkan kapal kita?
belum genap semusim perjalanan kita sebrangi samudra,
ada kebanggaan ketika aku dapat ajak kamu mendayungnya
kau adalah cinta di setiap nadiku
yang memberi asa kala diri terjaga
kau adalah mawar dengan harum di setiap nafasmu
samapi ada utusan api yang coba nahkodai kapal kita..
anehnya, aku percaya dan kau ikuti juga
tersadar sampai kapal tergolek di lautan
dengan badai di sandaran
betapa marah, kesal, kecewa, malu hina.. menggebu
ketika kapal mulai r e t a k
terisi air laut..
sesalku bukan karena perjalanan kita yang penuh dera,
tapi pada nahkoda keparat yang jerumuskan kita,
sesalku bukan karena kapal kita yang retak oleh ombak,
tapi karena kita yang tak cukup berani untuk berontak..
sesalku bukan jarak firdaus yang begitu jauhnya,
tapi pada arah kapal kita yang salah..
sesalku, aku telah basahi mawarku,
untuk perjalanan penuh sia..
desahku kutarik nafas panjang
tak ada kata terlambat untuk perbaiki kapal
perjalanan masih terlalu jauh
berhenti adalah kematian dan kekalahan
berlayar berarti perjuangan,
aku ingin pegang kemudinya, dan kau..
selalu disisiku sertai perjalanan tunjukkan jalan..
m a a f k a n ..
jika perjalanan ini begitu berat
tak ada yang perlu disesalkan,
keindahan bukan untuk dilupakan
tapi diurai dan dikenang, dijadikan tonggak agar tak tersesat..
berdoalah, semoga Allah selalu tunjukkan jalan kita..
A m i n ..
Solo, 27 Desember '99
Tidak ada komentar:
Posting Komentar